03 Desember 2007

Kecap Manis No 1

Di sebuah negeri kecil terdapatlah dua keluarga pewaris resep pembuatan kecap tradisional yang lezat. Mereka sama-sama meneruskan tradisi pembuatan kecap masing-masing dengan nama kecap cap Tawon dan kecap cap Merpati. Keduanya sama-sama mempunyai bisnis bagus dan berkembang.

Merpati mendapat tempat yang terhormat karena rasa segan, Merpati selalu menciptakan lapangan pekerjaan kepada lingkungan sekitarnya, serta mendermakan sebagian dari hasil bisnisnya. Lain halnya dengan Tawon memang menjadi besar dan kaya namun hanya sibuk melakukan ekspansi bisnis tanpa perduli dengan lingkungan sekitarnya. Dalam perkembangannya tanpa disadari Tawon dan Merpati seteru bisnis dipasar, mereka menawarkan sama-sama menawarkan produk berkualitas yang sulit dibedakan. Tawon dan Merpati merupakan dua penguasa pasar kecap nomor 1 di negrinya.

Telah menjadi tradisi para kaum muda merantau ke negri di sebrang lautan untuk mencari bekal kehidupan yang lebih baik. Dari negeri sebrang ini terbetiklah berita, bahwa negeri di sebrang lautan itu sangatlah makmur. Penduduknya banyak dan merupakan pasar yang sangat potensial untuk pengembangan bisnis kecap. Berita tentang kemakmuran negri sebrang ini semakin hari semakin santer, hinga membuat Tawon yang agresif dan ekspansif itu tergoda untuk melipat gandakan kerajaan bisnisnya ke sana.

Tentangan yang kuat dari para senior Tawon agar tidak gegabah sebelum memastikan posisi bisnis di pasar di negri sendiri kuat, namun meeting keluarga akhirnya tetap memutuskan bahwa Tawon akan masuk ke pasar negri sebrang dan membangun basis industri disana, yang konon sangat berpeluang besar menurut informasi para perantau.

Hari yang ditentukan telah tiba, dengan penuh keangkuhan, maka berangkatlah team pelaksana investasi ke negri sebrang dengan membawa sebagian besar sumber daya Tawon yang ada, mulai dari uang, alat produksi, bahan baku hingga sumber daya manusia. Tawon melakukan segala upaya untuk membangun basis industri dan mengembangkan pasar di negri sebrang. Semua energi dan perhatian Tawon terkuras tercurah untuk bekerja keras mengupayakan keberadaan Tawon di pasar negri sebrang.

1 bulan... 2 bulan .. 3 bulan .... setahun ..... dua tahun belalu, bisnis Tawon tetap besikukuh mencurahkan sumber dayanya untuk membangun pasar di negeri sebrang. Tanpa disadari, semakin banyak energi tercurah untuk negri sebrang, semakin pulalah Merpati menari berlengang menjadi Raja Kecap No.1 di negri sendiri.

Dua tahun telah berlalu di negri sebrang tanpa hasil yang gemilang, karena memang untuk membangun kepercayaan di tempat baru tidak hanya dibutuhkan kekuatan sendiri, namun juga harus mengetahui lapangan dan kebiasaan di tempat yang baru. Tawon telah bergerak terlampau jauh tanpa memperhitungkan matang medan dan kebiasaan pasar di tempat yang baru.

Memasuki tahun ketiga hasil dari negri sebrang masih belum begitu mengembirakan, akhirnya Tawon berencana untuk kembali memindahkan basis bisnisnya kembali ke negri sendiri. Namun alangkah terkejutnya ketika diketahui Merpati telah mengambil alih para pelanggan Tawon dengan langkah bisnisnya. Ternyata sejak awal sepeninggalan Tawon ke negri sebrang, Merpati semakin proaktif dan partisipatif untuk merangkul masyarakat dan mensejahterakan yang lebih luas. Bekal proaktif, partisipatif dan produk yang berkualitasnyalah bisnis Merpati berkembang pesat tanpa saingan menjadi kecap nomor 1 dan mengeser habis posisi Tawon dari pasar.

Pembaca yang budiman

Tawon yang sangatlah piawai dalam mengelola bisnisnya. Secara bisnis sangatlah berat bagi Merpati untuk memenangkan persaingan melawan Tawon. Tawon selalu siaga terhadap peluang baru, sementara Merpati cenderung konservatif dan partispatif.

Tawon terpancing meninggalkan wilayahnya untuk mengejar sesuatu yang belum diketahui benar keadaannya, sementara Merpati jeli dan segera memnggunakan kesempatan emas ini untuk tampil menjadi pemenang

Pesan moral strategi ini.

Kontrol diri dan tindakan kita sebagai respon atas kekuatan lingkungan dan alam adalah faktor yang sangat penting untuk memastikan kemenangan.

Bersyukur telah menjadi tuan atas apa yang telah kita miliki dan bagaimana mempertahankan dan mengembangkan untuk kepentingan yang lebih luas tentunya lebih bijaksana daripada bertindak mengikuti hasrat yang belum dievaluasi dengan benar.

Kisah asli terjadi pada jaman Han Timur 200 AD, ketika Sun Ce dan Lu Xun adalah penguasa wilayah yang berdiri sama kuat. Sun Ce mengabarkan pada Lu Xun bahwa Lu Jiang adalah wilayah yang makmur dan kelak akan menjadi ancaman bagi mereka.

Lu Xun dengan angkuh menyerang Lu Jiang, segera setelah itu Sun Ce datang merebut wilayah Lu Xun dengan mudah.

Tidak ada komentar: